Selasa, 29 April 2014

Kecanggihan teknologi masa lalu dan buktinya..!!!



Setelah lama tidak menulis untuk bahasan “The Permian Era of Human Race”, kali ini saya akan membahasnya secara berangsur-angsur karena banyaknya permintaan terhadap bahasan ini. Tentunya karena bahasan ini bersifat sangat kritis tanpa sebuah bukti otentik, maka saya akan mencoba menjelaskannya menggunakan bukti-bukti foto dan ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang akan menguatkan bahwa sejak jutaan tahun yang lalu, pernah ada kebudayaan manusia berteknologi tinggi yang melebihi manusia pada zaman kita saat ini. Maka dengan membaca Bismillahirahmanirahim akan saya mulai pembahasan ini.


Salah satu bukti bahwa generasi berteknologi tinggi pernah ada di Bumi ini pada masa lampau, yaitu relief kendaraan-kendaraan tanpa roda di sebuah kuil di Abydos, Giza Plateau, Mesir.

Latar Belakang Penelitian


Pertama kali saya mengetahui bahwa sejak lebih dari 225 juta tahun yang lalu telah terdapat peradaban manusia berteknologi tinggi adalah dari seorang guru saya, yaitu seorang ilmuwan muslim yang bernama Ustadz Nurdin Rifai. Pernah dalam sebuah kajian Al-Qur’an yang beliau bimbing dalam kampus kami, beliau memaparkan sebuah hal yang sukar dipercaya, dan hebatnya terdapat banyak sekali bukti-bukti yang menguatkan dalam Al-Qur’an. Yang salah satunya adalah ayat berikut :

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.”

Qur’an surah Al-An’aam (6) : 6

Telah disebutkan dalam ayat tersebut bahwa,

“banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka”

Dalam kalimat ini Allah menjelaskan kepada manusia, bahwa telah banyak generasi atau peradaban yang telah dibinasakan oleh Allah (dalam ayat tersebut tertulis Kami, yang artinya dalam proses kejadian tersebut, Allah menggunakan para makhluknya seperti malaikat untuk menciptakan kejadian itu), dan kejadian itu terjadi sebelum mereka. Yang dimaksud mereka dalam ayat ini adalah generasi atau peradaban kita saat ini.



Lalu dijelaskan pula bahwa,

“padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi”

Dengan tegas Allah menjelaskan bahwa generasi saat itu telah diteguhkan kedudukan mereka di muka bumi. Maksud dari “diteguhkannya kedudukan” pada kalimat ini adalah peradabannya telah ditinggikan, yaitu mulai dari tingkat kebudayaan, kesehatan, harapan hidup, ilmu pengetahuan, hingga teknologi mereka.

Lalu dipertegas lagi oleh Allah dalam kalimat,

“yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu”

Dan keteguhan yang Allah berikan berupa peradaban yang tinggi itu belum pernah sekalipun diberikan kepada generasi kita saat ini.

Kemudian Allah menjelaskan penyebab mereka dibinasakan,

“dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri”

Yaitu dengan hujan yang sangat lebat dari langit dan keluarnya air dari dalam perut bumi, sehingga pada masa itu terjadilah banjir yang sangat besar yang kemudian disebut “BANJIR BESAR NUH” karena kejadian itu terjadi pada masa Nabi Nuh. Dan umat Nabi Nuh pada saat itu memiliki teknologi tinggi untuk menyelamatkan diri tidak dapat berbuat apa-apa menghadapi kemurkaan Allah, karena dosa-dosa yang mereka perbuat sendiri. Mengapa? Beratus-ratus tahun umur mereka, dan 950 tahun Nabi Nuh menyebarkan Islam kepada mereka, sedikit sekali yang mau mengikuti Cahaya Allah SWT. Karena itulah Allah membinasakan mereka.

Dan kemudian pada kalimat terakhir dalam ayat ini tertulis,

“dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.”

Bencana banjir besar itu kemudian ditutup dengan diciptakannya generasi-generasi yang lain sesudah generasi mereka. Yaitu sebagian dari orang-orang yang diselamatkan Allah SWT dari banjir besar itu karena keimanan dan ketaqwaan mereka terhadap Allah.

Mengenal Zaman Permian (Permian Era)

Sebelum lebih jauh membahas generasi berperadaban tinggi pada zaman Nabi Nuh, yaitu zaman Permian, ada baiknya kita mengenal keadaan bumi pada zaman itu, yaitu lebih 225 juta tahun yang lalu.

Dimanakah komunitas kaum Nabi Nuh tinggal? Coba perhatikan ayat berikut :

 
 Dalam ayat 14 surah Nuh, dijelaskan bahwa Allah dahulu menciptakan penduduk utara, dan pernyataan itu dipertegas oleh Allah dengan kata “Dan sungguh” yang berarti “Benar-benar” atau “Faktanya”. Dan siapakah penduduk utara yang Allah maksud? Dan di manakah utara yang dimaksud?

Sekarang perhatikan kedua ayat yang berikut
:

Pada ayat 44 surah Al-Qashash dijelaskan bahwa Rasulullah berada di sisi sebelah barat, yaitu Jazirah Arab. Namun pada ayat ke 46 surah Al-Qashash pula dijelaskan bahwa Rasullulah berada pada sisi sebelah utara? Sisi sebelah utara apakah yang dimaksud, sedangkan posisi Rasullulah tetap sama yaitu berada di Jazirah Arab?


Untuk itu kita kembali membahas masalah bentuk geografis bumi. Dimulai dari bentuk bumi saat ini. Perhatikan gambar-gambar di bawah ini!
Ini adalah bentuk geografis bumi saat ini.



Kemudian, ini adalah bentuk geografis bumi 65 juta tahun yang lalu. Yaitu pada Zaman Cretaceous.




Ini adalah bentuk geografis bumi pada 135 juta tahun yang lalu, Zaman Jurassic.




Lalu pada 200 juta tahun yang lalu, yaitu Zaman Triassic, bumi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Laurasia di utara, dan Gondwanaland di selatan.




Dan inilah bentuk bumi pada Zaman Permian yaitu 225 juta tahun yang lalu, yang pada saat itu hanya terdapat satu buah daratan yang sangat luas di sebelah utara bumi, dan lautan yang sangat luas di sebelah selatannya.

Sekarang kita bahas mengapa dalam ayat 46 surah Al-Qashash dijelaskan bahwa Rasullulah berada di sisi sebelah utara, sedangkan posisi Jazirah Arab berada di sebelah barat bumi.

Seperti telah kita lihat dalam gambar-gambar di atas bahwa selama 225 juta tahun lebih bumi telah mengalami perubahan hebat, dari sebuah daratan di sisi sebelah utara, kemudian berubah menjadi daratan yang terpencar ke segala penjuru bumi. Itu artinya, pada Zaman Permian komunitas manusia hidup di sebelah utara bumi dengan titik pusat kutub utara adalah Baitullah atau Ka’bah. Itulah yang menjelaskan mengapa di dalam Al-Qur’an, Rasulullah disebutkan pula berada di sisi sebelah utara. Lalu apa yang menyebabkan perubahan titik pusat bumi yang begitu ekstrim hingga titik pusatnya bergeser 68°?


Titik pusat bumi bergeser 68° dari poros sebelumnya, yaitu di Baitullah.

Sekarang perhatikan ayat berikut!

“Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”

Qur’an surah Asy-Syuura (42) : 5

Ayat ini menjelaskan tentang penyebab dari bergesernya poros bumi, sekaligus bencana yang memperparah “Banjir Besar Nuh” saat itu. Yaitu terjangan komet-komet yang beriringan melewati tata surya dan berukuran ribuan kali matahari, dan kemudian berubahlah poros bumi. Mengapa? Dengan mengambil kesimpulan dari kalimat “Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas”, dan dengan memahami dari gaya bahasa Al-Qur’an. Bahwa pecahnya langit (dalam hal ini berarti atmosfer, karena dalam gaya bahasa Al-Qur’an, langit bisa berarti langit atmosfir bumi dan langit Alam Semesta), atau terjemahan bebasnya adalah terbukanya lapisan atmosfer.
Disebutkan bahwa “Hampir saja” yang berarti tidak terjadi. “langit itu pecah” yang berarti rusaknya atmosfer. Dan dijelaskan “dari sebelah atas” yang berarti penyebab bencana itu datang dari luar bumi, yang dalam hal ini adalah komet-komet yang telah disebutkan tadi di atas.

Mungkin visualisasi meteor dalam gambar ini hanyalah serpihan kecil dari bagian komet-komet yang beriringan melintasi Tata Surya kita.

Perhatikan pernyataan Allah terhadap kaum Nabi Nuh yang durhaka itu pada ayat berikut!

“Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang?”

Qur’an surah Al-Anbiyaa’ (21) : 44

Disebutkan bahwa mereka telah diberikan kenikmatan hidup di dunia, dengan umur yang panjang hingga hampir mencapai ribuan tahun untuk setiap manusianya. Namun, jangankan untuk beriman kepada Allah, untuk bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada mereka saja mereka enggan. Maka, akibat kesalahan siapakah mereka dibinasakan? Kecuali bagi orang-orang mukmin, mereka diselamatkan Allah SWT bersama Nabi Nuh dengan bahtera atau kapal super canggihnya. Dan disebutkan pula pada ayat di atas bahwa Allah mengurangi luas daratan di bumi dari segala penjurunya. (seperti bangsa Atlantis dan Mu, yang daratan mereka telah ditenggelamkan)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”

Qur’an surah Al-‘Ankabuut (29) : 14

Disebutkan pada ayat di atas bahwa 950 tahun Nabi Nuh berdakwah, mereka tetap dalam kedzaliman mereka, dan mereka pun dibinasakan.

Betapa dahsyatnya bencana itu hingga membuat para malaikat takut dan bertasbih serta memohonkan ampun kepada Allah SWT untuk para manusia yang ada di bumi. Dan apakah seluruh manusia musnah pada bencana super dahsyat itu?

Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).

Qur’an surah Al-A’raaf (7) : 64

Ternyata tidak. Sungguh Allah SWT tidak akan meninggalkan orang-orang yang berada di jalannya dan bertaqwa padanya dengan ikhlas serta mau mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Dan bergulirlah peradaban yang baru setelah itu.





Dan siapakah sebenarnya Nabi Nuh?Mengapa ribuan atau bahkan jutaan orang-orang sholeh dan berjuta-juta spesies makhluk hidup tumbuhan dan hewan secara berpasang-pasangan dapat tertampung dalam sebuah bahtera?Sebesar apakah bahtera itu?

Secanggih apakah bahtera tersebut hingga dapat memisahkan predator dan hewan herbivora tanpa saling makan memakan?

Dan pertanyaan yang paling membuat penasaran, secanggih apakah teknologi pada masa itu?

Jumat, 25 April 2014

Keajaiban Dunia, Mekah sebagai Pusat Daratan di dunia



 Temuan ilmiah yang menghebohkan para ilmuwan dan dipublikasikan pada bulan januari 1977 menyebutkan,”Kota Mekah al Mukaramah adalah pusat daratan di dunia.” Fakta ini ditemukan setelah melalui riset panjang dan mengacu pada sejumlah table matematis yang sangat rumit dengan bantuan teknologi computer.


Ilmuwan mesir, Dr Husein Kamaludin, penemu fakta ini menuturkan kisah penemuannya yang cukup mencengangkan ini; penelitian ini dimulai dengan tujuan yang sangat berbeda dengan hasil yang diperoleh. Pada awalnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan suatu alat yang dapat membantu siapapun dan di tempat manapun dari penjuru dunia ini untuk mengetahui dan menentukan posisi kiblat. Sebab, selama perjalanannya ke Negara luar, ia merasa bahwa penentuan arah kiblat selalu menjadi masalah yang dihadapi seluruh umat muslim ketika berada di suatu tempat yang tidak ada masjidnya atau tempat shalat yang memiliki tanda jelas arah kiblat. Masalah ini juga sering dihadapi oleh seseorang yang berada di luar negeri (yang bukan negeri islam), misalnya para pelajar dan mahasiswa yang dikirim ke luar negeri.

Karena itu, Dr Husain Kamaludin berfikir untuk membuat peta dunia baru yang dilengkapi petunjuk posisi arah kiblat. Setelah membuat rancangan awal riset pendahuluan yang diarahkan untuk membuat peta baru ini dan menggambar lima benua pada peta itu, tiba tiba temuan yang mengundang decak kagum itu muncul.

Ilmuwan Mesir ini menemukan bahwa posisi kota Mekah berada tepat di tengah tengah dunia.

Ia lalu memegang sebuah jangka dan meletakkan salah satu ujungnya di gambar kota Mekah lantas menjalankan ujung lainnya pada ujung setiap benua. Ternyata daratan yang ada di permukaan bola bumi terbagi secara sistematis di sekitar kota Mekah. Dari sini, ia menemukan bahwa kota Mekah adalah pusat daratan.

Selanjutnya ia ambil peta kuno sebelum ditemukannya benua Amerika dan Australia. Setelah melakukan uji coba berkali kali, ia pun menemukan bahwa Mekah tetap menjadi titik sentral daratan, hingga ketika dibandingkan dengan kondisi peta dunia masa permulaan Islam.

Dr Husain Kamaludin menambahkan, “Saya mulai penelitian ini dengan menggambar peta yang memperhitungkan jarak semua tempat di muka bumi dengan kota Mekah. Saya kemudian mengukur garis garis bujur yang sama untuk mengetahui posisi garis lintang dan garis bujur jika diukur dari kota Mekah. Setelah itu, saya gambar batas batas benua dan hak hak detail lainnya pada jaringan garis garis ini. Hal ini membutuhkan pemprosesan matematis yang sangat pelik, dengan bantuan teknologi computer guna menentukan jarak dan deviasi yang diperlukan. Penelitian ini juga membutuhkan software penggambar garis lintang dan garis bujur untuk proyeksi baru ini.

Secara kebetulan saya menemukan bahwa saya dapat menggambar lingkaran yang berpusat di kota Mekah dan batas batasnya di luar ke ke-enam benua. Dan garis pinggir lingkaran ini mengitari batas batas luar benua benua tersebut.

Dengan demikian, Mekah adalah jantung bumi. Dan hal ini sebelumnya sudah diindikasikan oleh sains modern melalui temuan para ilmuwan, yang menyebutkan kota Mekah merupakan pusat radiasi gravitasi magnetic. Fenomena unik juga akan dirasakan oleh semua orang yang mengunjungi kota Mekah untuk tujuan haji atau umrah, dengan hati yang tulus dan bertaubat kepada Allah. Ia merasa seolah olah tertarik dengan semua yang ada di Mekah, dari tanah, pegunungan, hingga semua yang ada di sana, seolah olah ia merasa melebur bersama kota Mekah dengan segenap jiwa dan raganya. Dan ini adalah perasaan yang terus berlangsung sejak awal keberadaan bumi.

Sebagaimana halnya planet planet yang lain, bumi pun melakukan barter daya tarik dengan planet planet dan bintang bintang lainnya. Daya tarik ini bersumber dari dalam bumi yang bermuara pada satu titik sentral bumi yang juga menjadi sumber sinar radiasi.

Titik temu plutonik inilah yang ditemukan oleh seorang ilmuwan Amerika dalam bidang topography setelah memastikan keberadaan dan letak geografisnya. Dalam hal ini ia tentu saja tidak didorong oleh keyakinan agama. Siang malam, dengan semangat tinggi ia bekerja di laboratoriumnya sambil menghadapi peta peta bumi dan perlengkapan lain. Dan tanpa sengaja ia menemukan bahwa pusat pertemuan radiasi kosmos berada di kota Mekah.

Mengacu pada fakta fakta ilmiah di atas, kita pun bisa mengenali hikmah ilahiyah di balik pemilihan kota Mekah sebagai tempat berdirinya Baitullah, sekaligus sebagai tunas penyebaran risalah Islam di seluruh penjuru dunia. Dan ini membuktikan adanya kemukjizatan ilmiah yang terkandung dalam hadist Nabawi yang menampilkan keutamaan status kota Mekah dibandingkan tempat tempat yang lain di permukaan bumi. Wallahu alam.

Allah SWT Berfirman,” dan agar kamu memberikan peringatan kepada penduduk Ummul Qura (Mekkah) dan orang orang yang di luar lingkungannya.” (QS Al An’am 92)

Nabi SAW berdiri di bukit Hazwarah (di Mekkah) lalu berkata pada kota Mekkah ,” Aku tahu bahwa engkau adalah sebaik baik bumi Allah dan yang paling dicintai Allah, seandainya keluargamu tidak mengeluarkan darimu, niscaya aku tidak keluar.’ (Musnad Ahmad)